Cerpen: Basa-Basi di Warkop, Kisah Pemuda dan Kasir Cantik

Pada suatu pagi, Fauzan datang ke warkop dekat kantornya seperti biasanya. Dia adalah salah satu pemuda yang sering menghabiskan waktu di sana, meminum kopi dan menikmati suasana santai di warkop tersebut.
Saat Fauzan memesan kopi, matanya tertuju pada seorang kasir yang sedang menata kue-kue di rak. Kasir tersebut adalah seorang wanita cantik yang membuatnya terpesona.

Sambil menikmati kopinya sesekali mencuri pandang ke arah si kasir, mencoba mengambil kesempatan untuk melihat wajahnya. Tapi sayangnya, si kasir tampak terlalu sibuk untuk mengobrol.

Saat kopinya sudah habis Fauzan pun memutuskan kembali kekantor, saat hendak bayar dikasir ia memberanikan diri untuk mengajaknya ngobrol. Dia mencoba berbasa-basi dengan bertanya asal usul si kasir.

"Kamu asalnya dari mana dek?" tanya Fauzan sambil tersenyum.

"Aku dari Aceh Singkil, jawab si kasir singkat dengan senyum wajah.

Setelah selesai membayar, Fauzan berpamitan dan meninggalkan kedai kopi dengan perasaan campur aduk. Ia merasa senang karena telah berhasil berbicara dengan si kasir, namun juga sedikit kecewa karena percakapannya hanya sebentar. 

Fauzan cukup terkejut saat tahu daerah asalnya cewek itu yang lumayan jauh berada di pesisir selatan. ia penasaran bagaimana Putri bisa sampai ke Banda Aceh yang memakan waktu lebih 12 jam perjalanan darat, ia pun kini mengerti mengapa Putri memiliki paras berbeda dari perempuan Aceh pada umumnya, ia terlihat cantik dengan kulitnya yg cerah.

Saat berjalan menuju kantornya, Fauzan masih terus memikirkan si kasir cantik tersebut. Ia merasa rasa penasarannya sedikit terpuaskan mungkin dilain waktu ingin mengenalnya lebih jauh.

Setelah sampai di kantor, Fauzan sibuk dengan pekerjaannya dan hampir lupa tentang si kasir cantik tadi. Namun, setiap kali ia melihat gelas kopi yang ia minum, ia teringat akan senyum si kasir dan perasaannya kembali bergolak.

Esok harinya, Fauzan kembali ke kedai kopi tempat Putri bekerja. Ia memesan kopi yang sama dan duduk di meja yang sama seperti kemarin. Kali ini, ia lebih bersemangat untuk berbicara dengan kasir itu.

Seperti kemarin setelah selesai dan mau bayar, Fauzan pun mengambil nafas dalam-dalam dan mengambil keberanian untuk mengajukan pertanyaan.

"Maaf, kemarin aku tidak sempat bertanya. Nama kamu siapa?" tanya Fauzan sambil tersenyum.

"Namaku Putri," jawab Putri dengan lembut.

"Sudah lama kamu bekerja di sini?" tanya Fauzan dengan ramah.

"Belum lama, belum sampai sebulan," jawab Putri.

"Disini tinggal dimana", tanya Fauzan.

"Di asrama dekat situ", balas putri sambil menunjuk.

Mungkin yang ia maksud adalah asrama mahasiswa Aceh Singkil. Aceh Singkil adalah daerah di Aceh yang terletak di sebelah selatan Aceh. Wilayah ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan wilayah Aceh yang lain mulai dari kebudayaan, bahasa, kuliner hingga penampilan fisik orang-orangnya.

Salah satu perbedaan yang paling mencolok adalah wajah dan warna kulit. Orang Singkil memiliki warna kulit yang lebih terang atau putih dibandingkan dengan orang Aceh pada umumnya.

Fauzan tidak merasa keberatan dengan perbedaan ini, malah ia merasa Putri memiliki pesona dan kecantikan yang jarang ia temui pada gadis-gadis di Banda Aceh atau kampung halamannya. Fauzan sendiri pernah ke wilayah selatan namun hanya sampai kota Subulussalam tak sampai ke Aceh Singkil yang hanya beberapa jam lagi.

Selain perbedaan kulit, Fauzan juga mengetahui bahwa Aceh Singkil memiliki kebudayaan dan tradisi yang berbeda. Misalnya, mereka memiliki bahasa yang berbeda dengan bahasa Aceh yang umum digunakan di wilayah lain. Aceh Singkil memiliki keindahan alam yang menakjubkan, seperti pantai yang indah dan masih alami, lalu yang terkenal adalah pulau banyak.

Fauzan merasa senang bisa belajar tentang budaya dan tradisi yang berbeda dari Aceh Singkil melalui cerita Putri. Ia merasa bahwa ia memiliki kesempatan untuk mengetahui lebih dalam tentang Aceh dan keberagaman budaya di Indonesia.

Terima kasih sudah membaca, jangan lupa share ya!

Populer Post: